Jiwa Yang Murni

Saya mendedikasikan tulisan ini untuk seorang kawan yang belum lama saya kenal, namun entah bagaimana mampu meninggalkan kesan yang begitu dalam. Bukan hanya bagi saya, tetapi juga bagi orang lain. Siapapun yang pernah bertemu dan bekerja dengannya. Saya mendedikasikan tulisan ini untuk seorang pendidik sejati, seorang sukarelawan sejati, seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Ini untukmu kawan, yang telah bahagia dalam pelukan Nya.

Ratusan langkah telah kau tempuh.

Tak terhitung berapa peluh yang meluruh.

Apa yang kau cari wahai Tuan?

Apa yang kau ingin buktikan wahai Tuan?

Kesedihan itu bersamamu. Aku tahu.

Namun, kau memilih untuk selalu tersenyum. Kau memilih untuk bersinar.

Kau memilih untuk membagikan sinarmu kepada dunia yang gelap. Karena apa?

Karena hanya kau yang mampu.

Sungguh dunia ini telah kehilangan. Satu lagi jiwa yang murni. Jiwa yang mampu melebur dengan serangkaian hina dina dan menjadikannya mutiara.

Aku tak sempat ucapkan kata berpisah.

Karena siapa yang ingin kau pergi?

Kuyakin tak satupun nafas yang ingin kau pergi dari sini.

Aku tak sempat menelaahmu.

Menyingkap tabir rahasia dan mimpimu.

Aku tak sempat mengucapkan rasa syukurku.

Karena telah mengijinkanku mengenalmu.

Karena telah mengajarkanku apa arti sesungguhnya ketulusan.

Wahai Tuan yang memiliki jiwa yang murni.

Izinkanlah aku mempersembahkan doa tulusku. Agar kesulitan, kesedihan, tangisan, dan derita yang kau pernah rasakan di dunia ini sirna. Agar kau hanya merasakan ketenangan dan kebahagiaan.

Kami memang tak mampu menyingkap tabir rahasia dan mimpimu.

Tapi perkenankanlah kami meneruskan perjuanganmu.

Untuk selalu memurnikan jiwa kami.

Untuk selalu membagikan sinar kami.

Untuk selalu menerangi dunia yang gelap ini.

Walaupun kau Wahai Tuan.

Telah pergi.